Monday, September 22, 2008

XL Mulai Ngos-ngosan

Para operator tampaknya mulai menghadapi realita perang tarif yang selama ini berkecamuk. Paling tidak inilah yang terjadi pada XL. Operator yang satu ini termasuk pelopor telepon gratis, dengan ditambah embel-embel: setelah menit tertentu. Bahasan ini berlaku untuk kartu prabayar XL Bebas.

Realita yang dihadapi XL, adalah turunnya kualitas jaringan. Selain terjadi distorsi ketika menelepon, durasi telepon juga tidak bisa terlalu lama. Menurut pengalaman, dalam kondisi umum, pembicaraan tidak bisa lebih lama dari 30-32 menit. Ini tentunya tidak sesuai dengan promosi XL: Nelpon sampe puassss…

tarif

Kemudian untuk menyambut HUT Proklamasi RI, XL memperkenalkan dua program baru, yaitu Nelpon Semaumu dan SMS Semaumu. Dua program ini menawarkan tarif murah, masing-masing untuk telepon dan SMS.

Di awal promosi, program ini hanya berlaku untuk kartu perdana yang diaktifkan setelah tanggal 8 Agustus 2008. Para pengguna XL Bebas yang sudah ada, harus menunggu lebih lama lagi untuk menikmati program ini.

Harus diakui, promo yang ditawarkan XL ini cukup menggiurkan. Untuk program “Nelpon Sampe Puas”, hitungan tarif akan berhenti sampai menit tertentu, dan selanjutnya gratis. Program “Nelpon Semaumu” malah lebih berani lagi. Mulai pukul 00.00 hingga 17.00, setelah nelpon ke sesama XL senilai Rp 1000, berikutnya gratis, ke nomor lain, selama masih sesama XL. Dan untuk berpindah-pindah antar promo, pelanggan hanya mengeluarkan Rp 1000 per perpindahan. Cukup murah.

Masyarakat sepertinya benar-benar memanfaatkan peluang ini. Dan sayangnya, jaringan XL tidak siap menangani lonjakan traffic yang begitu besar. Ini terlihat dari semakin parahnya kondisi panggilan sejak promo “Nelpon Semaumu” diluncurkan.

Hal ini yang kemudian membuat XL meninjau ulang kebijakan tarifnya. Per 21 September 2008, untuk “Nelpon Sampe Puas”, XL menetapkan batas hanya sampai menit ke-15, setelah itu berlaku tarif Rp 0,5 per detik. Sementara untuk “Nelpon Semaumu”, berlaku batasan panggilan hingga 60 menit. Tentu saja pembatasan ini terlihat lucu, dan sama sekali bertolak belakang dengan “Sampe Puas” dan “Semaumu”.

Alasan XL adalah:
Dengan melihat antusiasme yang sangat besar dari pengguna XL terhadap program Nelpon Sampe Puas dan Nelpon Semaumu, serta untuk mengantisipasi agar tarif promo MURAH "Nelpon Sampe Puas" dan "Nelpon Semaumu" tetap dapat dinikmati dengan layanan berkualitas, maka diberlakukan ketentuan kewajaran pemakaian telepon pada program Nelpon Sampe Puas dan Nelpon Semaumu.

Apesnya, pemberlakuan tarif ini tidak dikomunikasikan ke pelanggan lewat ponsel. Padahal seharusnya tidak sulit bagi XL untuk mengirimkan SMS ke setiap pelanggan XL Bebas, apapun promo yang sedang mereka gunakan. XL merasa cukup hanya memberikan penjelasan lewat situs Web mereka. Dan sayangnya lagi, pemberlakukan tarif baru ini tidak disertai pembenahan layanan, karena meskipun sekarang lebih mahal, masih sering terjadi kegagalan panggilan atau putus di tengah jalan.

Ini adalah hasil dari program promosi yang diluncurkan tanpa mempertimbangkan respon yang luar biasa dari masyarakat. Dan yang menjadi korban adalah para pelanggan setia XL, yang sudah menggunakan layanan operator ini sebelum ada promo dan perang tarif.

Dan ini tampaknya merupakan tanda-tanda dari mulainya para operator kehabisan amunisi dalam perang tarif ini. Semoga saja ketika perang tarif ini benar-benar berakhir, para operator sudah siap dalam menawarkan layanan-layanan yang lebih baik. Sehingga para pengguna rela membayar lebih, untuk mendapatkan layanan yang lebih bagus.

Wednesday, July 9, 2008

Windows Update KB951478 vs. ZoneAlarm

Seperti biasa, di awal bulan Microsoft mengeluarkan update-update terbaru lewat Windows Update. Sebagian komputer diatur untuk menerima update secara otomatis, dan pengguna kemudian akan diminta untuk restart setelah update terpasang.

Hari ini, Rabu, 9 Juli 2008, Microsoft kembali mengeluarkan update bulanannya. Besarnya tidak seberapa, paling tidak untuk pengguna Internet broadband, yaitu 20an megabyte. Bagi pengguna Windows XP, seperti biasa, diperlukan restart setelah update terpasang.

Bagi para pengguna firewall ZoneAlarm, bersiaplah untuk terkejut dan tidak bisa mengakses Internet, karena terjadi "bentrokan" antara salah satu update, yaitu KB951748. Begitu Windows XP di-restart, Internet tidak akan berfungsi.

Hingga saat ini penyebabnya masih belum jelas. Tapi untungnya sudah ada pemecahan sementara.

  1. Menghapus Security Update KB951478
    Lakukan uninstall lewat applet Add or Remove Programs. Jika update ini tidak terlihat, coba beri tanda centang di "Show Updates". Sayangnya, jika Windows Update diatur untuk menerima update secara otomatis, Windows akan mendownload update ini begitu selesai restart dan komputer terhubung ke Internet

KB951748

  1. Menurunkan level keamanan ZoneAlarm ke Medium
    Metode kedua ini lebih disarankan, karena tidak perlu menghapus apapun. Di level Medium, komputer akan tetap terlindung

Medium

  1. Uninstall ZoneAlarm
    Ini merupakan yang paling tidak disarankan, terutama jika juga menggunakan fitur antivirus dan antispyware

Ketiga cara di atas merupakan pemecahan masalah yang sifatnya sementara, karena untuk jangka panjangnya bisa menurunkan efektivitas keamanan komputer. Diharapkan Microsoft segera mengeluarkan update untuk mengatasi masalah ini. Dan semoga updatenya bukan bulan depan, dalam paket Windows Update berikutnya.

UPDATE: ZoneAlarm mengeluarkan update untuk mengatasi masalah ini, yaitu versi 7.0.483.000. Update ini berlaku untuk seluruh varian ZoneAlarm, yaitu ZA Internet Security Suite, ZA Pro, ZA Antivirus, ZA Anti-Spyware, dan ZA Basic. Keterangan lebih lanjut dan link untuk download bisa dilihat di http://download.zonealarm.com/bin/free/pressReleases/2008/LossOfInternetAccessIssue.html. Microsoft, where are you?

Sunday, May 4, 2008

Operator CDMA Terbaik (katanya)

header_1 Mobile-8. Operator CDMA yang satu ini mendapatkan gelar terbaik dari Majalah Selular di acara Selular Award. Waktu pengumuman ini keluar, saya dan seorang rekan wartawan terus terang saja terkejut. Karena kita pikir mungkin Telkom masih lebih bagus dengan Flexi-nya.

Dan untuk tulisan kali ini, ada sentuhan pribadi karena saya sebagai pelanggan Fren sudah beberapa kali merasakan ketololan operator yang satu ini.

Yang pertama adalah ketika saya tahun lalu mengadakan perjalanan ke Australia. Waktu itu saya bawa ponsel Fren, supaya saya punya alternatif untuk bisa menelepon sewaktu di bandara. Apalagi naik Garuda, yang harus transit dulu di Denpasar, tengah malam. Sewaktu di sana, iseng-iseng ponselnya saya nyalakan. Indikator di layar: Roaming. Berarti ada sinyal. Semakin iseng, saya coba telepon ke nomor Vodafone Australia saya. Lho ternyata ada nada panggil. Tapi saya tutup saja, tidak saya angkat.

Sewaktu pulang, lagi-lagi transit di Denpasar. Ternyata Fren saya tidak bisa dipakai. Alasan yang terdengar di telepon adalah "Anda mempunyai masalah pada penagihan" atau yang mirip seperti itu lah. Saya heran, ini khan prabayar, kok bisa ada masalah penagihan. Cek pulsa pun tidak bisa. Saya coba telepon Customer Service. Mereka juga bingung dan cuma bisa kasih solusi untuk matikan ponsel, keluarkan batere, keluarkan RUIM card, dan kemudian masukkan semuanya lagi dan nyalakan (CATATAN: Kalau ada staf CS yang menyarankan hal ini untuk keadaan apapun, tidak perlu diikuti, karena memang tidak perlu.) Mereka bilang, status nomor saya adalah aktif. Sarannya, saya harus ke Mobile-8 Center. Karena tidak mau repot, saya beli nomor baru saja.

Masalah saya yang berikutnya adalah nomor pascabayar. Ini saya dapat karena bonus dari berlangganan Indovision. Sewaktu saya mendaftar, petugasnya sudah menjelaskan bahwa karena paket, minimal lama berlangganan adalah satu tahun dan saya akan dikenakan abonemen untuk empat bulan terakhir. Oke, sampai di situ saya mengerti.

Bulan-bulan awal tidak ada masalah. Tetapi mulai bulan Desember, yang adalah bulan ke-9, muncul item baru di lembar tagihan: Paket Internet sebesar Rp 50.000, sementara Abonemen nol. Saya sudah merasa kalau ini adalah abonemen. Tapi saya telepon saja ke CS. Mereka bingung. Selama tiga bulan saya telepon ke CS, jawabannya bisa beda-beda. SMS gratis senilai 50.000, Internet gratis senilai 50.000, dan sebagainya. Dan tidak ada yang tahu kalau saya adalah pelanggan lewat paket Indovision. Sebaliknya malah mereka mengira saya pelanggan korporat.

Menurut saya, ini adalah sebuah ketololan sistem Mobile-8, yang tidak bisa membedakan pelanggan pascabayar. Yang lebih aneh lagi, seorang staf CS mengklaim bahwa sistem mereka tidak memiliki catatan keluhan saya di bulan sebelumnya. Klaim ini kemudian dibantah sendiri oleh staf CS yang lain, di bulan berikutnya. Semakin aneh.

Seorang staf CS mengatakan bahwa abonemen muncul di item "Paket Internet" karena mereka tidak memiliki tempat untuk menuliskan abonemen bagi pelanggan lewat paket Indovision. Ini khan konyol. Kenapa tidak diletakkan di "Abonemen" saja?

Bulan Maret seharusnya adalah bulan terakhir untuk penagihan abonemen sebesar Rp 50.000, yang anehnya masih diletakkan di item "Paket Internet". Tapi kemudian di bulan April kembali muncul tagihan ini. Setelah lagi-lagi menelepon ke CS, dikatakan kesalahan ada di pihak mereka, dan abonemen tersebut akan dikredit di tagihan bulan Mei.

Terus terang saja, melihat dari cara kerja seperti ini, saya agak merasa yakin akan kembali menelepon CS Mobile-8 di bulan Juni. Karena saya merasa di bulan tersebut akan muncul lagi item "Paket Internet" sebesar Rp 50.000. Semoga saja keyakinan ini salah.

Sebagai pemakai berbagai operator selular, pengalaman ini tentu saja tidak mengenakkan. Dan ini adalah yang terburuk, dari seluruh pengalaman saya berbicara dengan Customer Service, untuk hal apapun. Sayangnya, menurut saya masalahnya tidak terletak hanya di Customer Service, tapi di sistem Mobile-8 secara keseluruhan. Dan ini bukan merupakan hal-hal yang seharusnya terjadi di sebuah operator yang mendapatkan gelar terbaik.

Friday, November 2, 2007

Xtra (XL) vs Voucher SMS (3)

Menurut saran Mas Budi Putra, kalo nulis blog yang targetnya pembaca Indonesia, sebaiknya dalam bahasa Indonesia aja. Jadi, mulai posting ini, saya pake Bahasa Indonesia.

Saat ini dua operator GSM dengan tarif termurah, untuk prabayar, XL Bebas & 3, menawarkan opsi SMS gratis, tanpa embel-embel jam seperti yang dilakukan Telkomsel. Pendekatan XL dan 3 untuk SMS gratis ini berbeda.

XL Bebas, dengan voucher Xtra-nya, menawarkan tiga pilihan voucher, 25.000, 50.000, dan 100.000. Dengan 25.000, pengguna bisa mengirimkan maksimal 25 SMS per hari ke sesama pengguna XL (Bebas, Jempol, Xplor) selama satu minggu. 50.000, 50 SMS, dua minggu. 100.000, 100 SMS, empat minggu. Cukup lah. Lagipula, berapa SMS sih kita kirimkan per harinya? Apalagi hanya untuk sesama pengguna XL.

Jeleknya, masa aktif nomor akan mengikuti masa aktif voucher, dihitung sejak tanggal pengisian. Katakanlah kita pernah mengisi pulsa dengan voucher biasa senilai 100.000, yang memiliki masa aktif 90 hari, pada tanggal 2 Oktober. Berarti masa aktif nomor kita adalah 2 Oktober ditambah 90 hari. Kemudian pada tanggal 2 November kita memutuskan untuk mengisi voucher Xtra, soalnya sedang ingin mengirim banyak SMS ke sesama pemakai XL. Atau mungkin baru "jadian", dan si dia juga memakai XL. Hati-hati! Pasalnya, masa aktif nomor Anda akan menjadi lebih pendek. Karena masa aktif voucher Xtra, meskipun sama-sama senilai 100000, lebih pendek, yaitu hanya 30 hari. Dan masa aktif ini akan dihitung dari tanggal pengisian, bukan dari tanggal terakhir masa aktif. Jadi, dalam hal ini, masa aktif nomor Anda akan berakhir pada tanggal 2 November plus 30 hari, atau 2 Desember. Lebih cepat 1 bulan dari masa aktif sebelumnya. Cukup menyebalkan, bukan?

Sekarang kita beralih ke 3. Program promosi SMS gratis 3 baru saja berakhir tanggal 31 Oktober kemarin. Sebagai gantinya, 3 memperkenalkan voucher SMS, dengan harga 10.000. Tidak ada batasan jumlah SMS yang bisa dikirimkan, selama ke sesama 3. Dan berlaku selama 30 hari. DENGAN CATATAN: mengikuti masa aktif nomor 3 Anda. Jadi ilustrasinya adalah seperti ini: Anda memiliki nomor 3 yang masa aktifnya berakhir pada tanggal 20 November. Hari ini, tanggal 2 November, Anda membeli voucher SMS dan mengisinya. Anda bisa mengirim SMS gratis sampai tanggal 2 Desember. Tapi tanggal 20 November nomor Anda masuk masa tenggang. Kok bisa? Ya, karena voucher SMS tidak menambah masa aktif. Untuk bisa menikmati SMS gratis selama 30 hari, kita harus memastikan nomor tetap dalam keadaan aktif, dengan mengisi pulsa.

Dan jangan kaget setelah menggunakan voucher SMS dan pulsa Anda tidak bertambah. Padahal khan 10.000 ya? Salah. 10.000 yang kita bayarkan itu hanyalah nilai biaya yang kita bayarkan ke 3, dan tidak menambah pulsa. Bingung? Ya anggap saja 10.000 itu pulsa kita yang terpotong untuk sebuah layanan, seperti halnya untuk ringback tone, dan sebagainya.

Tulisan ini tidak ada gunanya kalau tidak ada kesimpulannya. Jadi, mana yang lebih baik? Dari sisi kepraktisan, voucher SMS 3 lebih praktis dan bisa digunakan karena berbentuk voucher, tidak elektrik. Karena itu, seharusnya, lebih mudah didapatkan. Voucher Xtra hanya tersedia dalam bentuk elektrik dan tidak ditawarkan oleh semua penjual voucher.

Saya cenderung memihak ke voucher SMS 3, karena sifatnya yang tidak mengikat. Pulsa kita bisa saja habis sebelum masa berlaku SMS gratis habis dan kita isi ulang tanpa mempengaruhi "ke-gratis-an" SMS. Sementara untuk Xtra, kalau pulsa kita habis sebelum masa aktifnya habis, kalau ingin tetap gratis ber-SMS, harus kita isi dengan voucher Xtra lagi. Sedikit kurang praktis.

Dan dari sisi harga, jelas 3 sedikit lebih unggul. Untuk gratis ber-SMS selama 30 hari, kita hanya perlu membayar 10.000, sementara untuk jangka waktu yang sama di XL Bebas, kita harus membayar 100.000, atau 10x lipatnya. Tapi kita juga harus berpikir kembali, seberapa banyak sih orang yang menggunakan 3 saat ini? Tentu lebih banyak XL.

Mana yang Anda pilih? Saya sih kebetulan sekarang pakai XL Bebas DAN 3. Kalau pinjam istilah dari "sono", "i'm getting the best of both worlds."

AFTERTOUGHT (alias PEMIKIRAN TELAT)
Daripada harus beli voucher, seharusnya kita bisa cukup kirim SMS dan pulsa akan otomatis terpotong 10.000. Ingat promo Esia dulu? Kenapa ini tidak dilakukan 3 ya?

Tuesday, October 9, 2007

XL: Hidden Details!

I did mentioned XL offering the cheapest tariff among GSM operators with its Rp 1/second scheme in my previous posting. Well, I've just found out, the hard way, that it isn't so!

Previously, the advertisement for this only said "Tarif Termurah (Cheapest Tariff)!", with Rp 1/second. There was no addition, except for the mandatory "Rules & Conditions apply" tag, which would be ignored anyway. Then it said the cost for the first two minutes is the normal Rp 10/second. I assumed the rest would be Rp 1/second. With that thinking, an hour talktime would cost me Rp 1200 for the first two minutes, and Rp 3480 for the next 58 minutes, with a total of Rp 4680.

Or so I thought. I had just over Rp 9000 in my account when I made the call. I thought I could talk for almost two hours with that credit. But I got the "beep" after 40-something minutes. I thought, what the?! Then I got disconnected. Imagine my surprise when I got an SMS saying I need to recharge since my credit is less than Rp 2000.

I called the customer service right away. After a long wait, I finally managed to talk to someone there. I forgot his name, however. It was then that I was informed the scheme isn't as simple as I assumed. It's like this: the first two minutes, Rp 10/second applies. Then Rp 1/second, FOR THE NEXT EIGHT MINUTES! After that, it reverts back to Rp 10/second for the next two minutes. Then Rp 1/second for the next eight minutes. Apparently this only applies to customers in Jabodetabek, Sukabumi, Cianjur, and Serang.

My question to the customer service was why this wasn't communicated properly to the masses. I was just aware of the first two minutes. Their ads imply that there are no other conditions. We've got promo SMS, almost daily, announcing the tariff scheme, WITHOUT the 2+8+2+8+so on being informed. Of course, when you go the www.xl.co.id and choose Bebas, the tariff scheme is explained there in great detail.

But who opens XL's website to find information? How many? The rest of us is just "ordinary" people who wants the cheapest communication option. And XL looked like the best option. Sadly, it's not. It's always the case of those "Please read these fine prints carefully."

Under this scheme, if we're in Jakarta, the cheapest among GSM is Three with its 1/2 promo. And I thought XL would revolutionize the telecommunication market in Indonesia...

Thursday, September 20, 2007

3's New Tariff Option















I have to admit. Hutchison's 3 intrigues me. It has been since the day one.

I've been using 3 since the day I went back to office after my holiday in Australia. It's one of the benefits of being a PR consultant, what's with Hutchison CP Telecommunications being IndoPacific's client.

Being a "beta" tester of 3, i was "equipped" with loads of vouchers, free calls, cheap smses, and other things. Signal coverage was (and still is) flaky at best. But it's bearable.

Soon after the launch, my number was converted into a "normal" number. I no longer had the luxury of free calls, but I got to receive the 3X benefits. This scheme is somewhat confusing. If we buy a voucher worths, let's say, Rp 50,000, we'll get Rp 150,000 worth of credits. Sounds amazing, isn't it? It reminds me of Vodafone Australia's Cap scheme. But if Vodafone's Maxi Cap will get you AUD 310 for AUD 49, and you can use all those credits for whatever calls and SMSes you do (including Internationals), 3's 3X will confuse you a bit. You see, taking the Rp 50,000 example above, it will get you Rp 150,000. Yes, but it's divided into Rp 50,000 "main credit", Rp 75,000 "3 Bonus credit", and Rp 25,000 "General Bonus credit". The "3 Bonus credit" is applicable for all calls and SMSes to other 3 users. "General Bonus credit" is applicable for calls and SMSes to other operators' users. If these bonuses run out, the "main credit" will be used. Costs for other activities such as VAS, GPRS, and Premium SMS will be deducted your "main credit" directly.

Now, if you have lots of relatives, friends, colleagues, and whoever using 3, you'll get tremendous benefits. But since 3 is so new, and there's been lots of negative publicity about it, you'll mostly have to contend with the "General Bonus" and main credits. Which will leave you with a significant amount of "3 Bonus credit".

But even though 3 hasn't yet reached out to lots of users, it has certainly "reached out" to other operators. Take Excelcom, for example. It began cutting its tariffs quite significantly, and is now offering a Rp 1/second call to other XL users. UPDATE: As per my post above, XL hasn't been entirely honest regarding this scheme. I'm disappointed.

Not to be outdone, 3 now offers the "1/2" (Half) tariff scheme. With this option, calls among 3 users are now just Rp 75/minute, local calls to other operators users are now Rp 500/minute, and long-distance calls to other operators users are now Rp 1000/minute. Exactly the half of 3's already cheap tariffs. This scheme puts 3's tariffs to be the 2nd cheapest among Indonesia's GSM operators. It's even competitive enough with the CDMA operators. To enjoy this option, we just need to write "reg stgh" and send to 123. Simple, right?

Unfortunately, there's a catch. We MUST choose between 3X and 1/2. So, if you opt for the 1/2 option, you'll no longer eligible for the 3X bonuses. All your top-ups will just be "main credit". Sucks, isn't it? So, you'll just have to revert back to 3x, you think? *By writing "reg 3x" and send to 123, by the way* Not that simple. You see, when you convert to 1/2, the credits transfered are all the main credit, and just Rp 10,000 of the 3 Bonus credit. That's it. I learned it the hard way, and lost Rp 10,000something in the process.

Of course, this was implemented to prevent people from exploiting. Ie. topping-up under the 3X then changing to 1/2. Then changing back to 3X when it's time to top-up again. Quite smart move on Hutchison's part, I'd say. After all, this is Indonesia, and most of us are known for our sneakiness.

But there's a loophole. And I'm quite sure this will be used by most. Right now I'm back under the 3X option. But when I use up all my General Bonus credit and have less than Rp 10,000 3 Bonus credit, I'll switch to 1/2. By the time I need to top-up again, I'll revert back to 3X. Sneaky, eh? Not really. It's just the logical thing to do. Unless 3 implements some kind of limit on changing to 3X from 1/2 and vice versa. UPDATE: we can only change to 3X and/or 1/2 3 times. If you need more, you'll have to go to a 3Store. Smart move, Hutch!

That being said, my hat's off to 3. Thanks to them, cellular users are enjoying competitive tariffs. And they prove that cellular calls can be cheap enough.

Monday, September 3, 2007

Nokia: The Technology That Makes Us Lazy?

To this day, I'm still somewhat puzzled by the claim of nokia mobile phones being the easiest to use, the most user-friendly. I don't think it's true. During the early days of GSM phones, yes, maybe it was true. After all, with competitions like Ericsson, Siemens, and Motorola, Nokia really was the "child's play", what's with the others being "technology rich, yet arrongantly thought the users would take the time to learn and understand their products." Nokia, on the other hand, correctly calculated that the users at that time would be quite blind to the technologies available to them, and were willing to buy mobile phones that were easy to use from the first go, regardless of the price. Or, in short: Nokia thought the users were all stupid and lazy.

Now, this may be a bold claim from my part. But I'm sure it's true. People would (and still will, even) choose user-friendliness over price-friendliness. Because they don't want to learn. Manual? What manual? "I don't need no steenking manual!" stance can still be found among us, even more so today.

But it would be wrong to only blame Nokia for this. The other companies should be held responsible as well. If their products were a little bit more "down to earth", Nokia wouldn't have the position they're enjoying now. And remember, at that time, the other products had comparatively lower price compared to Nokias. But since the Nokias were more user-friendly, the mindset have been cast. Nokia is just reaping the benefits of others' miscalculated strategies now.

Nokia's stategy of throwing everything but the kitchen sink (or maybe they do now?!?!) at the market also makes a contribution. Not satisfied of having series of number (from 1 to 9, excluding 4 due to superstitious), Nokia now have "N" and "E" series as well. They even have to resort of reusing model number (6110 comes to mind).

Now let's see at what they're offering. If we talk about features, those found in the N and E series can already be found in the PDA-phones of O2, Dopod, HP, and the likes. Are Nokia phones really the most advanced mobile phones? Not by a longshot. Most mobile phones now are as user-friendly as Nokia. But the users are already convinced that Nokia phones are very easy to use, they turn a deaf ear to others.

How about the "Symbian" Nokias? They're not really the easiest to use. If they were, users wouldn't have to go to "Roxy" and the likes to install applications and games (not to mention that it's actually illegal to do so). They would do that themselves! If they were really intutive, we wouldn't hear any news about virus infecting them. And if they were really sophisticated, we would be able to easily sync them with our computers. Or maybe that's the reason Nokia now promotes their latest phones as "computers"? We have become lazy!

Since users would buy any models Nokia is throwing at them, it doesn't matter that no Nokia phone is complete in terms of features. Nope. Not even the Almighty E90 is complete, by any means. Yet, we're still willing to spend so much money to buy one.

Now, don't get me wrong here. I'm not a Nokia basher. I use Nokia phones. My CDMA phones are all Nokia, and I still use N-Gage (even though it's breaking up now *sigh*). What irritates me is that now whenever people ask for my opinion on mobile phones, I would "judge" them based on what I think of their "tech-savviness". If they're sophisticated enough, I'd recommend Sony Ericssons. But if I think otherwise, I'd recommend Nokias. See, now I'm dividing the smart people from the less-fortunate one.

But that's how the things are now. I think it's cast in stone. We can't go back. Nokia is the undisputed ruler of the world of mobile communications. Me, I'm still content with my Sony Ericssons. Go figure.